Blog in Learning

Dream to the Better Learning and Education

Pembaruan Islam di Mesir


Pembaruan Islam di Mesir diilhami oleh kedatangan Napoleon Bonaparte. Napoleon Bonaparte mendarat di Alexandria pada 2 Juni 1798. Dalam waktu tiga minggu berhasil menguasai seluruh Mesir. Kedatangannya ke Mesir selain membawa misi militer juga membawa misi ilmiah. Napoleon mendirikan Institut d’Egypte.
Melalui lembaga ini, para Ulama Mesir melakukan kontak langsung dengan peradaban Eropa untuk yang pertama kalinya. Seorang Ulama Al-Azhar, Abdurrahman Al-Jabarti sangat terkesan dengan kemajuan bangsa barat yang tergambarkan dalam Institut d’Egypte.
Kedatangan Napoleon ke Mesir juga membawa ide-ide baru yang selama ini belum pernah dikenal dalam dunia Islam.

1. Ide Pemerintahan Sistem Republik
Umat Islam yang pada waktu itu mengenal sistem pemerintahan kerajaan yang diwariskan secara turun temurun, dikenalkan dengan sistem pemerintahan sistem republik. Sistem ini mengenalkan adanya pemilihan kepala negara dengan masa jabatan dalam kurun waktu tertentu, adanya undang-undang dan mengenalkan sistem parlemen.

2. Ide Persamaan (Egalite)
Ide ini adalah persamaan kedudukan antara pemimpin dan rakyatnya dalam pemerintahan. Model ini seperti yang dikembangkan oleh Rasulullah saw. ketika memimpin umatnya. Sehingga bangsa Mesir dengan mudah menerima sistem ini karena telah mengenalnya terlebih dahulu. 

3. Ide Kebangsaan (Nasionalisme).
Ide kebangsaan memunculkan paham kebangsaan bahwa Mesir adalah bangsa Mesir yang memiliki wilayah, ide dan kepentingan sendiri untuk membangun bangsanya sendiri tanpa harus menggantungkan pada bangsa lain.

Adalah Muhammad Ali, seorang perwira Turki yang memulai pembaruan di Mesir. Muhammad Ali memahami pentingnya ilmu pengetahuan untuk kemajuan suatu negara. Untuk pertama kalinya, dibuka Sekolah Militer (1815), Sekolah Teknik (1827), Sekolah Obat-Obatan dan Apoteker (1829), Sekolah Pertambangan (1834), Sekolah Pertanian, dan Sekolah Penerjemahan pada tahun 1836. Dari usaha itu muncullah berbagai usaha penerjemahan buku-buku Barat ke dalam bahasa Mesir.
Dalam hal penerjemahan buku-buku barat, seorang Ulama Mesir, Al-Tahtawi (1801 – 1873) sangat berperan dalam proses penerjemahan tersebut. Dari hasil usahanya menghasilkan lebih dari 1000 buku yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Karya-karya Al-Tahtawi banyak dikenal di kalangan masyarakat luas. Beliau berpendapat bahwa berijtihad masih terbuka dan menganjurkan kepada para ulama untuk mendalami ilmu-ilmu moderan agar dalam berijtihad sesuai dengan perkembangan zaman.
Gerakan pembaruan Islam berlanjut dengan pemikiran Jamaluddin Al-Afghani. Jamaluddin Al-Afghani mendirikan partaipolitik Hizb Al-Watani (Partai Nasional).  Ia mengajak orang-orang Mesir untuk bangkit dari keterpurukan. Pemikirannya didasari bahwa Islam itu sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Jika terdapat pertentangan, maka perlu dilakukan ijtihad baru, karena pintu ijtihad selalu terbuka sepanjang  masa. Jamaluddin menyerukan adanya Gerakan Pan Islamisme, yang mengikat dan mempererat persaudaraan umat Islam.
Murid Al-Afgani, Muhammad Abduh melanjutkan ide pembaruan yang diserukan oleh gurunya. Ide-ide pembaruannya merambah ke seluruh rakyat Mesir.
Gerakan pembaruan yang diserukan oleh Al-Afgani banyak memberikan inspirasi gerakan pembaruan Islam, khususnya di Mesir. Tokoh-tokoh yang mengembangkannya adalah Muhammad Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Al-Maragi, dan sebagainya. 
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Pembaruan Islam di Mesir"

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Template By. Kunci Dunia
Back To Top