Eyang Subur: Fenomena Perdukunan di Indonesia
Sosok Eyang Subur ramai dibicarakan di media. Setelah aibnya dibeberkan oleh Artis Adi Bing Slamet. Ia disebut-sebut sebagai dukun yang melakukan perbuatan tidak baik. Mulai dari pencabulan hingga pemerasan.
Fenomena dukun di Indonesia masih saja banyak terjadi. Anda pasti ingat, dulu pernah ada dukun cilik Ponari yang memiliki kesaktian untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Seorang bocah yang dinilai memiliki kesaktian, daya linuwih dan mampu mengobati penyakit.
Dukun biasanya juga memiliki keahlian yang sama, mulai dari kemampuan untuk pengobatan alternatif hingga meningkatkan prestise dan popularitas.
Fenomena dukun juga ramai pada Pilkada. Setiap momen pemilihan Bupati, Pemilihan Angota Legislatif maupun pilihan lurah sekalipun, dukun turut bertindak. Banyak di antara para calon yang menggunakan jasa dukun untuk meningkatkan popularitas, dan elektabilitas calon.
Fenomena dukun di layar kaca juga santer dibicarakan. Gambaran mengenai kegiatan klenik ini, muncul dalam berbagai film Indonesia. Banyak film yang bertema horor, klenik dan tentu saja dukun dengan berbagai kekuatannya menjadi penting untuk diangkat ke layar lebar.
Tidak hanya itu, di sinetron pun juga mengangkat hal serupa. Siapa yang tak kenal Sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Sinetron yang baru saja mendapat penghargaan Panasonic Gobel Awards ini ratingnya sedang naik. Salah satu bumbu yang terdapat adalah tokoh Mbah Roso. Dia digambarkan sebagai seorang dukunyang memiliki kemampuan tertentu.
Katanya ia mendapat wangsit atau pesan gaib untuk menikahi seorang janda kaya bernama Romlah. Kontan saja, sosok Romlah ini tidak mau dinikahi oleh dukun. Begitu juga Eyang Subur yang diceritakan memiliki istri banyak. Fenomena Eyang Subur sebenarnya telah diangkat dalam Sinetron yang ditayangkan oleh RCTI tersebut.
Mengapa orang banyak percaya ke dukun?
Bukankah di mayoritas bangsa Indonesia yang beragama Islam? Bukankah Rasulullah melarang orang-orang untuk mempercayai dukun. Islam juga melarang penganutnya untuk pergi ke dukun, apalagi mempercayainya. Namun, orang sekaliber artis justru terjerumus ke lingkaran setan perdukunan.
Saya jadi ingat kata salah seorang teman saya. Semakin tinggi status sosial seseorang, ia bisa menjadi semakin saleh atau bahkan semakin klenik.
Banyak orang kaya yang memiliki kedekatan dengan dukun. Mereka mencari penglaris, kewibawaan, dan prestise. Termasuk di dalamnya adalah artis, tokoh idola, publik figur, calon bupati/walikota, calon lurah hingga calon anggota DPR. Apakah dukun mampu meningkatkan status sosial mereka? Tentu tidak. Lalu mengapa fenomena perdukunan masih saja terjadi di Indonesia?
0 Komentar untuk "Eyang Subur: Fenomena Perdukunan di Indonesia"