Blog in Learning

Dream to the Better Learning and Education

Asean di Dadaku (part. 3) Economic Community Pillar

Hari ini, ada kesempatan lagi bagi saya untuk melanjutkan tulisan tentang ASEAN in Your Hand. Mumpung masih ada waktu, saya lanjutkan kembali tulisan yang berjudul ASEAN di Dadaku, ASEAN Komunitasku. Judul ini merupakan turunan dari tema besar ASEAN in Your Hand, Menyongsong KomunitasASEAN 2015 dengan integrasi Konstruktif Berbasis Kerakyatan. Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger ASEAN (ASEAN Blogger Community). Pada tulisan kali ini akan membahas pilar kedua yakni pilar ekonomi (ASEAN Economic Community).
Komunitas Ekonomi ASEAN
Salah satu bentuk komunitas ASEAN yang dicanangkan pada tahun 2015 adalah Komunitas Ekonomi ASEAN. Anda pasti pernah mendengar tentang ASEAN Free Trade Area (AFTA). Zona Perdagangan bebas ASEAN yang dicanangkan pada tahun 2003 silam. Waktu itu, saya baru saja setahun lulus SMA. Saya ingat ketika ada promosi masuk ke perguruan tinggi swasta di bidang IT. Salah satu isu yang dibawa oleh PT swasta tersebut adalah AFTA 2003. Awalnya saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan AFTA itu? Setelah mendapat penjelasan, ternyata ASEAN menjadi zona perdagangan bebas bagi anggotanya. Bukan tidak mungkin, barang-barang dari Negara-negara ASEAN akan masuk ke Indonesia. Terbukti, barang-barang dari Thailand dan Vietnam banyak kita temukan di pasaran Indonesia. Mulai dari buah, sayur, hingga beras. Ya, itulah salah satu bentuk perdagangan bebas di ASEAN. Oleh karena itu, SDM Indonesia harus disiapkan untuk menghadapi AFTA tersebut. Isu ini sudah saya dengar 10 tahun lalu. Kini, era itu benar-benar ada. Bahkan dua tahun lagi, akan dicanangkan Komunitas Ekonomi ASEAN yang berdasar pada single market dan production base. AFTA ini telah dimulai secara penuh berlaku sejak 1 Januari 2010 dengan dihapuskannya seluruh tarif atas produk-produk tertentu yang telah disepakati. 
Ekonomi Kreatif ASEAN
Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) bertujuan untuk membentuk pasar tunggal (single market) dan basis produksi (production base), kawasan yang lebih dinamis dan berdaya saing, memiliki pembangunan yang setara, serta berupaya mempercepat keterpaduan ekonomi di kawasan ASEAN dan di luar ASEAN.
Berbicara masalah ekonomi, tentunya soal perdagangan. Perdagangan yang dimaksud bukan hanya berupa barang dan jasa, namun juga investasi. ASEAN berkeinginan menjadi satu kawasan yang terintegrasi dalam hal aliran barang, aliran jasa, maupun aliran investasi di antara Negara anggota. Tak hanya antaranggota juga merambah ke Negara-negara lain di luar ASEAN.
Komoditas utama ASEAN berupa barang-barang sumber energi, tanaman pangan dan serta produk industri berteknologi menengah. Kekayaan alam menjadi sumber daya yang besar di ASEAN. Jumlah penduduk yang mencapai 600 juta jiwa dan kebanyakan usia produktif juga menjadi salah satu sumber daya yang sangat potensial demi terwujudnya Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.
Di bidang jasa, ASEAN membebaskan hambatan pada aliran jasa antarnegara anggota. Jelang ASEAN Economic Community 2015, ada 5 bidang jasa yang diprioritaskan dalam proses integrasi ini. Di antaranya jasa kesehatan, pariwisata, e-ASEAN, logistik dan transportasi udara. 
Kerjasama ASEAN Community juga merambah ke UKM. Data menunjukkan bahwa hampir 90% industry di ASEAN adalah UKM. Industry ini terbukti mampu bertahan di era krisis moneter. Kerjasama UKM ASEAN, meliputi pembangunan sumber daya manusia, dukungan pemasaran (Promotion), bantuan keuangan (Acces to Finance), pengembangan teknologi (Access to Technology Development), dan penerapan kebijakan yang kondusif (Facilitation).
Selain kerjasama ekonomi antar anggota, ASEAN Economic Community juga menjalin kerjasama dengan Negara lain. Seperti Cina, Jepang, Korea, Australia, India, Selandia Baru, Kanada, dan Uni Eropa. Kerjasama dengan Negara-negara ini khususnya dalam bidang perdagangan baik barang komoditi, jasa dan investasi. ASEAN juga menjalin kerjasama dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, energi, pengembangan teknologi dan pariwisata.
Akhirnya, sudah siapkah Indonesia menghadapi Komunitas ASEAN 2015? Hamper pasti, Indonesia, kini berbenah menuju ASEAN Economic Community 2015. MP3EI misalnya, menjadi dasar pengembangan ekonomi Indonesia. Namun, pengembangan infrastruktur perlu terus dilakukan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menunjukkan peningkatan. Dalam pidatonya di depan DPR, 16 Agustus lalu, Presiden SBY menyebutkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 5,9%. Jauh di atas pertumbuhan ekonomi negara-negara besar maupun maju sekalipun. Ini adalah harapan, bahwa Indonesia siap menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.
Bersambung
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Asean di Dadaku (part. 3) Economic Community Pillar"

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Template By. Kunci Dunia
Back To Top