Nabi Musa a.s. adalah keturunan dari sebuah keluarga Bani Israil di Mesir.
Ayahnya bernama Imran bin Qahat bin Yakub, ibunya bernama Yukabad binti
Dahat.
Kelahiran Nabi Musa a.s. dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran surah
Al-Ankabut ayat 39 berikut.
dan (juga) Karun, Fir‘aun dan Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa
dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Tetapi mereka berlaku
sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput (dari azab Allah).
Nabi Musa a.s. hidup pada masa Raja
Fir’aun berkuasa. Fir’aun adalah sebutan bagi Raja Ramses II yang sangat kejam
dan sombong.
Dengan kesombongannya, Fir’aun menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Rakyat yang tidak memercayai dirinya sebagai
Tuhan akan dihukum mati. Tidak seorang pun yang berani menentang aturan Raja
Fir’aun.
Namun, sejak bermimpi buruk, Fir’aun mulai terusik. Pada suatu malam Fir’aun
bermimpi bahwa negerinya menjadi lautan api atau terbakar. Semua rakyatnya
tewas, kecuali Bani Israil. Fir’aun amat gundah setelah bangun dari tidurnya.
Fir’aun memanggil para ahli nujum untuk diperintah menemukan makna mimpinya.
Para ahli nujum menyampaikan makna mimpi raja, bahwa akan lahir seorang bayi
laki-laki dari keluarga bani Israil. Bayi laki-laki itulah yang akan menjadi
penghalang atau musuh Raja Fir’aun.
Rasa was-was menghantui Raja Fir’aun. Beliau takut bila makna mimpi
tersebut menjadi kenyataan. Raja Fir’aun kemudian memerintah kepada seluruh
tentaranya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil.
Pada suatu hari salah seorang ibu dari Bani Israil, yaitu Yukabad
melahirkan seorang bayi. Bayi itu kebetulan berjenis kelamin laki-laki. Yukabad takut sekali akan keselamatan bayinya.
bila ketahuan tentara Firaun bayinya tentu dibunuh.
Bayi laki-laki tersebut adalah manusia pilihan yang akan dijadikan nabi
atau rasul maka Tuhan Allah swt. pun memberi perlindungan dengan mengilhamkan
kepada ibunya agar menghanyutkan bayinya ke Sungai Nil.
Ilham Tuhan kepada Yukabad dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran surah
Al-Qasas ayat 7 berikut ini.
Dan Kami ilhamkan kepada
ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka
hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula)
bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya salah seorang rasul.”
Yukabad melaksanakan ilham tersebut. Ia meletakkan bayinya ke dalam peti
lalu menghanyutkannya ke Sungai Nil. Peti berisi bayi itu pun hanyut dibawa arus
air hingga sampai di pemandian istana Firaun. Peti berisi bayi tersebut
kemudian ditemu oleh istri Raja Fir’aun, yaitu Asiah. Asiah senang sekali menemukan bayi laki-laki
lalu membawanya ke istana untuk dilaporkan
kepada Sang Raja. Raja Fir’aun seketika itu berang hendak membunuh bayi
laki-laki yang dianggapnya sebagai musuhnya kelak setelah dewasa. Namun, karena
istrinya sangat sayang kepada bayi itu, Firaun tidak membunuhnya, tetapi malah
mengangkatnya sebagai putra mahkota. Bayi laki-laki itu diberi nama Musa dan
resmi menjadi anggota baru keluarga Raja Firaun.
Asiah tidak menyusui sendiri Musa, tetapi mempercayakan kepada Yukabad yang
tidak lain adalah ibu kandung Musa.
Musa kini tinggal bersama Asiah dan
Raja Firaun. Musa tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, terampil, teguh, dan pemberani. Musa tidak suka terhadap sikap
ayahnya yang sewenang-wenang, yaitu menindas rakyat dan mengaku dirinya sebagai
Tuhan.
Pada suatu hari Musa melihat dua orang berkelahi dan berusaha
melerainya. Akan tetapi salah satu yang
dilerai tidak terima kemudian menantang Musa. Seketika itu Musa menempeleng
orang yang menantang itu lalu mati. Musa
menyesal telah membunuh seseorang yang sebenarnya tidak dikehendakinya. Selain
menyesal, Musa juga takut kepada ayahnya, Raja Firaun lalu pergi meninggalkan
Mesir. Musa pergi ke Kota Madyan tempat tinggal Nabi Ayyub a.s. Di Kota Madyan
Musa dinikahkan dengan putri Nabi Ayub a.s. bernama Shafira.
Pada suatu malam, di Bukit Tursina Musa menerima wahyu dari Tuhan Allah
swt. untuk disampaikan kepada orang-orang supaya beriman kepada Tuhan Allah swt.
Masih ingat kan, kalian nama kitab suci yang diterima oleh Nabi Musa!
Wahyu yang diterima oleh Nabi Musa dinamakan kitab suci Taurat. Selain
diberi wahyu, Musa juga diberi mukjizat berupa tongkat sebagai bukti kerasulannya.
Setelah menerima mukjizat dari Tuhan Allah swt. berupa kitab suci Taurat
dan tongkat, Nabi Musa mengajak orang-orang untuk beriman kepada Tuhan Allah.
14. Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna
akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(Al-Qasas ayat 14).
Sepuluh tahun Musa tinggal di Madyan bersama
istrinya. Musa teringat pada orang tua yang telah mengasuhnya hingga dewasa.
Suatu hari Nabi Musa hendak mengunjungi orang tuanya di Mesir bersama dengan
istrinya. Pertama ingin mengobati rasa rindu terhadap ayah ibu dan kedua
mengajak untuk beriman kepada Tuhan Allah swt.
Nabi Musa a.s. beserta istri sampailah di rumah
orang tuanya, yaitu Raja Firaun dan Asiah. Nabi Musa mengajak ayahnya untuk
menyadari kesalahannya lalu beriman kepada Tuhan Allah swt.
Raja Firaun congkak
dan takabur. Ia tidak mau menuruti nasihat Nabi Musa, tetapi malah menantangnya
dengan adu keampuhan. Raja Firaun mendatangkan para ahli sihir supaya mengadu
kehebatannya dengan Musa.
Musa yang telah
diangkat oleh Tuhan menjadi rasul diberi mukjizat berupa kitab suci Taurat dan tongkat tidak takut menghadapi tantangan Raja
Firaun.
Ahli sihir memulai
aksinya lebih dulu. Dari tengah kerumunan orang-orang, ahli sihir melemparkan
tali ke tengah. Dari tali-tali yang dilempar berubahlah menjadi ular. Orang-orang
ngeri melihat ular banyak menjalar ke sana ke mari seperti hendak menyerang
Nabi Musa. Nabi Musa tenang saja melihat kehebatan ahli sihir mengubah
tali-tali menjadi ular.
Raja Firaun dengan
angkuhnya menceletuk, ”Tunjukkah kehebatanmu sebagai nabi kalau memang Tuhanmu
benar ada!”
Nabi Musa tidak menjawab dengan kata-kata. Musa
mengangkat tongkat lalu melemparkan ke arah ular. Tongkat Musa berubah menjadi
ular raksasa kemudian menelan satu-persatu ular milik para ahli sihir.
Peristiwa adu ular menjadikan para ahli sihir
berbalik, mereka tidak lagi percaya kepada Firaun sebagai Tuhan, tetapi beriman
kepada Allah swt. Sebagai Tuhan yang sebenarnya dan mengakui Musa sebagai nabi
utusan-Nya.
Raja Firaun semakin marah karena istrinya juga
membenarkan kenabian Musa dan Tuhan Allah swt. sebagai Tuhan yang sesungguhnya.
Raja Firaun memerintahkan kepada pasukan
tentaranya untuk membinasakan Nabi Musa dan para pengikutnya. Para tentara
berusaha menangkap dengan mengejar Nabi Musa dan para pengikutnya sampai di
tepi Laut Merah.
Nabi Musa bingung, begitu pula para pengikutnya
cemas karena sudah tidak menemukan lagi jalan untuk menyelamatkan diri dari
kejaran tentara Raja Firaun.
Nabi Musa berdoa memohon kepada Tuhan Allah.swt.
supaya dilindungi keselamatannya. Tuhan telah berjanji akan melindungi Nabi
Musa a.s. dari segala ancaman, maka pertolongan dari Tuhan Allah swt. pun
datang. Musa diperintah untuk memukulkan tongkat ke laut. Seketika itu pula
laut terbelah lalu muncul jalan di antara air laut sehingga dapat digunakan
untuk lewat Nabi Musa dengan para pengikutnya. Pertolongan diberikan Tuhan
Allah swt. kepada Nabi Musa, sebaliknya musibah diberikan kepada Raja Firaun
dengan bala tentaranya. Nabi Musa dan para pengikutnya berjalan sampai di
seberang, sedang Raja Firaun dengan bala tentaranya masih berjalan di tengah
laut. Tiba-tiba, air laut menyatu kembali lalu tenggelamlah Raja Firaun dengan
bala tentaranya.
Peristiwa tersebut di atas dijelaskan pada Al-Quran, surah ke-28, Al-Qasas ayat 40
berikut.
40. Maka
Kami siksa dia (Fir‘aun) dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke
dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang zalim.
Sebagai rasul Tuhan, Musa a.s. memiliki beberapa
mukjizat atau keistimewaan.
Selain mukjizat tersebut, yaitu mengubah tongkat
menjadi ular besar dan untuk membelah laut, juga menghidupkan kembali orang
yang mati dengan tulang dari sapi betina yang disembelihnya.
Nabi Musa pergi ke Bukit Tursina selama 40 malam
untuk menyempurnakan kerasulannya. Nabi Musa menerima wahyu Taurat.
Nabi Musa a.s. meskipun memiliki beberapa
keistimewaan, merasa kurang dibandingkan dengan Nabi Khidir. Untuk itu, Nabi
Musa belajar kepada Nabi Khidir.
0 Komentar untuk "Kisah Nabi Musa a.s."