Blog in Learning

Dream to the Better Learning and Education

Literasi Digital dalam Pembelajaran

Tiba-tiba saya ingin menulis tentang Literasi Digital. Saya teringat salah satu grup guru online di guraru yang menyediakan konten literasi digital bagi guru. Sebenarnya saya juga tidak begitu memahami tentang literasi digital. Namun, sebagai seorang blogger guru, sedikit-sedikit tahu tentang literasi digital tersebut.

Literasi sangat penting dalam Pembelajaran 
Kegiatan belajar mengajar di sekolah, tak pernah terlepas dari alat tulis, seperti buku, pulpen, pensil, spidol, penghapus, papan tulis dan sebagainya. Siswa mengerjakan tugas di buku tulis, lalu dikumpulkan kepada gurunya. Begitu juga jika siswa mengerjakan tugas mencari artikel atau membuat makalah, lalu diketik, dicetak dan dikumpulkan kepada guru.
Mereka juga disediakan perpustakaan di sekolah sebagai sumber belajar. Berbagai buku disediakan sebagai bahan bacaan siswa. Banyak siswa yang meminjam buku di perpustakaan. Namun, ada juga yang sama sekali belum pernah mengunjungi perpustakaan. Hanya di saat-saat tertentu saja mereka mencari buku yang diperlukan.
Dalam kegiatan belajar sehari-hari, sekolah juga menyediakan buku materi pelajaran sebagai salah satu sumber belajar siswa. Buku materi tidaklah menjadi sumber utama dalam pembelajaran. Masih ada buku pengayaan, dan buku referensi yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Namun, jumlah buku pengayaan dan buku referensi ini masih terbilang minim di perpustakaan sekolah. Kebanyakan buku yang menjadi koleksi perpustakaan adalah buku materi yang dipinjamkan kepada siswa.
Selain itu, budaya literasi juga dapat dilakukan oleh guru melalui penugasan terhadap siswa. Menurut Johan Wahyudi sebagaimana dimua di harian Solopos, 28 September 2013, budaya literasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yakni penugasan guru, pemberian reward dan penjadwalan kunjungan ke perpustakaan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya budaya literasi dalam proses pembelajaran di sekolah.

Bagaimana dengan Literasi Digital?
Literasi digital tak ubahnya adalah pemanfaatan teknologi informasi sebagai salah satu sumber belajar layaknya perpustakaan. Kita semua tahu, bahwa perkembangan teknologi informasi sangat pesat. Jika dibandingkan dengan perkembangan pendidikan, kemajuan teknologi bagaikan perkembangan deret ukur. Adapun perkembangan pendidikan seperti layaknya deret hitung. Perkembangan teknologi informasi ini menuntut kita agar mampu memanfaatkannya untuk kepentingan pendidikan. Jika dunia pendidikan dapat memanfaatkan teknologi informasi dengan baik, maka bukan tidak mungkin, perkembangan pendidikan akan lebih baik.
Salah satu pemanfaatan teknologi informasi adalah penggunaan Literasi Digital dalam proses pembelajaran. Permasalahannya, apakah seluruh konten pembelajaran sudah dapat ditemukan dalam literasi digital ini? Ini adalah tantangan bagi guru. Mampukah guru membangun literasi digital untuk kepentingan pembelajarannya?
Literasi digital dalam pembelajaran dapat dibuat dengan mengembangkan Sumber-sumber belajar berbasis Teknologi Informasi. Sumber belajar yang dijadikan sebagai salah satu bentuk literasi digital setidaknya ada dua macam, yakni yang bersifat offline maupun online. Sumber belajara yang bersifat offline multimedia pembelajaran interaktif. Adapun untuk sumber belajar digital berbasis online di antaranya adalah blog pembelajaran, dan website sekolah.
Dalam pembelajaran di kelas, guru diminta tidak hanya menggunakan media dan metode pembelajaran konvensional. Guru diminta untuk mengembangkan media pembelajaran yang interaktif. Media Pembelajaran Interaktif ini dapat dibuat oleh guru dengan menggunakan software-software presentasi seperti PowerPoint, Flash, Lectora dan sebagainya.  Sofware yang banyak digunakan oleh guru adalah PowerPoint. Agar menjadi lebih interaktif, Power Point dapat dimaksimalkan dengan animasi, video, audio, maupun visual basic.
Blog Pembelajaran dapat dibangun oleh guru sesuai dengan bidang ajar yang diampunya. Blog pembelajaran sangat baik untuk dijadikan sebagai proses pembelajaran digital. Berbeda dengan MPI, Blog guru dapat digunakan sebagai sumber belajar di mana pun dan kapan pun. Konten blog pembelajaran haruslah berisi tentang bahan-bahan pembelajaran seperti perangkat pembelajaran, materi, latihan maupun evaluasi pembelajaran.
Sumber literasi digital yang ketiga adalah website sekolah. Salah satu fungsi Website sekolah adalah sebagai media komunikasi antara sekolah dengan pihak luar sekolah. Website sekolah memberikan informasi tentang sekolah, seperti kurikulum, kalender pendidikan, kegiatan sekolah, maupun profil sekolah. Selain itu, website sekolah yang dapat dijadikan sebagai sumber literasi digital adalah website yang berisi tentang bahan dan program pembelajaran untuk semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. Website sekolah tidak hanya sekadar berisi tentang profil sekolah belaka, namun juga berisi tentang konten-konten pembelajaran dan program-program sekolah yang dapat diakses oleh masyarakat luas.

Membangun Budaya Literasi Digital
Seperti layaknya membangun budaya literasi di sekolah yang diungkapkan oleh Johan Wahyudi,
setidaknya ada tiga hal yang dapat digunakan untuk membangun budaya literasi digital. Di antaranya adalah pembelajaran interaktif, penugasan guru, pemberian reward, pengubahan perilaku digital.

Pembelajaran interaktif dapat dilakukan melalui multimedia interaktif maupun blog guru. Internet di sekolah dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses pembelajaran online. Budaya Literasi digital dibangun agar siswa terbiasa dengan membaca konten-konten pembelajaran yang tersedia secara offline maupun online.

Penugasan guru seperti TMT (Tugas Mandiri Terstruktur) dan TMTT (Tugas Mandiri Tidak Terstruktur) dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi informasi. Salah satunya adalah penggunaan e-mail dan fasilitas Upload File di blog pembelajaran. Tugas yang dibuat oleh siswa dengan diketik, tidak perlu dicetak. Namun bisa dikirim melalui e-mail guru. Juga dapat dikirim melalui Upload File di blog. Aplikasi HTML Form memungkinkan pengguna untuk menyediakan fasilitas mengirim File melalui blog tanpa menggunakan e-mail.
Pemberian reward dapat dilakukan untuk memotivasi siswa. Salah satunya adalah pemberian reward bagi siswa yang menggunakan media sosial dengan baik. Misalnya, sekolah mengadakan kompetisi menulis di media sosial seperti facebook, atau berkompetisi live tweet proses pembelajaran melalui media Twitter. Bisa juga dilakukan melalui penyediaan kuis di blog pembelajaran. Reward diberikan bisa berupa piagam maupun diberikan dalam momentum sekolah, seperti ulang tahun sekolah, upacara hari besar, dan lain-lain. Pendekatan reward ini seperti yang diprogramkan oleh pemerintah melalui Kemdikbud dalam kuis Anugerah KiHajar melalui http://kihajar.kemdikbud.go.id/.

Pembinaan perilaku digital perlu dilakukan secara intensif terhadap siswa. Di usia mereka yang masih remaja, lebih mudah memahami gadget, dibanding dengan materi pembelajaran sekalipun. Pembinaan perilaku digital ini, dilakukan agar siswa tidak terjebak dalam dampak negatif dari perkembangan teknologi. Pembinaan lebih ditujukan agar siswa dapat memanfaatkan teknologi secara baik, dan dalam kegiatan yang positif.
Pembinaan ini dapat dilakukan secara offline maupun online. Secara offline, sekolah dapat membentuk komunitas digital di antara siswanya. OSIS dapat dilibatkan dalam kegiatan ini, karena dalam struktur OSIS juga terdapat salah satu bidang untuk mengembangkan kreativitas siswa, khususnya dalam pemanfaat teknologi informasi. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa sosialisasi perilaku positif dalam memanfaatkan teknologi digital.
Media sosial dapat dijadikan sebagai media interaktiv antara guru dan siswa dalam melakukan pembinaan. Melalui fasilitas di facebook dan twitter, dapat dilakukan pembinaan secara masif, terutama di luar jam pembelajaran.




Share this article :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Literasi Digital dalam Pembelajaran"

Terima Kasih Sudah Berkomentar
 
Template By. Kunci Dunia
Back To Top